Tugas Terstruktur 01: Larissa Amelia E05.
Mahasiswa Sebagai
Penjaga Persatuan Bangsa
Oleh: Larissa
Amelia
Universitas Mercu
Buana – Prodi Manajemen
Abstrak
Artikel ini
menganalisis Peran krusial mahasiswa sebagai penjaga persatuan bangsa. Secara
historis, mahasiswa telah membuktikan diri sebagai agent of change yang
konsisten dalam menggerakkan perubahan positif. Namun, di era informasi yang
masif, mereka menghadapi ancaman baru berupa disinformasi, ujaran kebencian,
dan fragmentasi identitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
strategi efektif yang dapat diimplementasikan oleh mahasiswa dalam menjaga
keutuhan bangsa. Melalui pendekatan kualitatif-deskriptif, artikel ini
menguraikan peran strategis mahasiswa sebagai digital literate, fasilitator
dialog, dan penggerak aksi sosial. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan memperkuat
literasi digital dan wawasan kebangsaan, mahasiswa dapat menjadi garda terdepan
dalam meredam perpecahan dan membangun narasi persatuan.
Kata Kunci: Mahasiswa,
Persatuan Bangsa, Disinformasi, Literasi Digital, Peran Sosial
Pendahuluan
Bangsa Indonesia
dibangun di atas fondasi keberagaman yang kokoh, tercermin dalam semboyan
Bhinneka Tunggal Ika. Namun, seiring perkembangan zaman, fondasi ini dihadapkan
pada berbagai tantangan, salah satunya adalah perpecahan akibat polarisasi yang
kian tajam. Teknologi informasi, khususnya media sosial, meskipun menawarkan
kemudahan konektivitas, juga menjadi medium penyebaran disinformasi dan ujaran
kebencian yang memicu konflik sosial. Dalam konteks ini, peran mahasiswa
menjadi sangat relevan. Sebagai kelompok intelektual muda yang memiliki
idealisme tinggi dan akses terhadap informasi, mereka diharapkan mampu menjadi
benteng pertahanan terakhir dalam menjaga persatuan bangsa. Artikel ini
mengkaji bagaimana mahasiswa dapat mengemban tanggung jawab ini secara efektif,
mengubah tantangan menjadi peluang untuk memperkuat kerukunan nasional.
Permasalahan
- Bagaimana peran
historis mahasiswa dapat diadaptasi untuk mengatasi tantangan persatuan bangsa
di era digital?
- Apa saja
faktor-faktor utama yang mengancam persatuan bangsa di era saat ini, dan
bagaimana mahasiswa dapat memitigasinya?
- Strategi konkret apa yang dapat diimplementasikan oleh mahasiswa untuk menjadi penjaga persatuan bangsa yang efektif?
Pembahasan
1.
Peran
Historis Mahasiswa dan Adaptasinya
Sejak era
kebangkitan nasional, mahasiswa telah berperan sentral. Dari pergerakan Budi
Utomo hingga Sumpah Pemuda, mereka selalu berada di garis depan. Peran ini berlanjut pada masa Reformasi 1998
yang menuntut demokrasi dan keadilan. Kunci
keberhasilan
mereka adalah integritas intelektual dan keberanian moral. Di era digital,
prinsip ini harus diadaptasi. Jika dulu mereka melawan penjajah dan rezim
otoriter, kini mereka harus melawan musuh tak kasat mata, yaitu disinformasi
dan intoleransi yang tersebar di ruang-ruang digital.
2.
Tantangan
di Era Digital
Ancaman terbesar
bagi persatuan saat ini adalah polarisasi identitas, baik itu agama, suku,
maupun politik, yang diperparah oleh algoritma media sosial yang cenderung
menciptakan echo chamber. Hal ini membuat individu hanya terpapar pada
pandangan yang sesuai dengan keyakinan mereka, menjauhkan mereka dari realitas
keberagaman. Ujaran kebencian (hate speech) dan berita bohong (hoax) dengan
mudah menyebar, memicu prasangka dan konflik.
3.
Strategi
Implementasi Peran Mahasiswa
Fasilitator Dialog Inklusif: Kampus
adalah miniatur Indonesia. Mahasiswa memiliki kesempatan untuk membangun
jembatan antar-kelompok yang berbeda. Melalui organisasi kemahasiswaan atau
forum diskusi, mereka dapat menciptakan ruang-ruang aman untuk berdialog,
bertukar pikiran, dan memahami perspektif yang berbeda tanpa menghakimi. Ini
akan menghancurkan stereotip dan menumbuhkan rasa saling menghargai.
Penguatan Literasi Digital: Mahasiswa
harus menjadi agen literasi digital. Mereka tidak hanya dituntut untuk memilah
informasi, tetapi juga untuk mengedukasi masyarakat, terutama orang tua dan
generasi yang kurang melek teknologi, tentang bahaya hoaks dan cara
memverifikasi informasi. Mereka dapat membuat konten edukatif yang mudah
dicerna di platform media sosial.
Kesimpulan
Mahasiswa memiliki peran yang tak tergantikan dalam menjaga persatuan bangsa. Di tengah gelombang disrupsi digital yang mengancam disintegrasi sosial, mereka dapat bertransformasi dari sekadar agen perubahan menjadi penjaga persatuan. Dengan bekal intelektual, idealisme, dan kemampuan beradaptasi, mahasiswa harus mengambil peran proaktif dalam melawan disinformasi, memfasilitasi dialog, dan menggerakkan aksi-aksi nyata yang berorientasi pada persatuan. Keberlanjutan persatuan bangsa sangat bergantung pada bagaimana generasi muda, khususnya mahasiswa, mampu mengemban tugas mulia ini.
Saran
- Bagi Mahasiswa: Aktiflah
dalam kegiatan yang memperkuat wawasan kebangsaan, tingkatkan literasi
digital, dan jalinlah interaksi dengan mahasiswa dari latar belakang yang
berbeda.
- Bagi Perguruan Tinggi: Fasilitasi
forum-forum dialog, sediakan kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai
kebangsaan, dan dorong mahasiswa untuk terlibat dalam pengabdian
masyarakat.
- Bagi Pemerintah: Libatkan
mahasiswa dalam program-program pembangunan yang berorientasi pada
persatuan dan berikan dukungan untuk inisiatif-inisiatif mereka
Daftar Pustaka
- Buku:
- Kartodirdjo,
S. (1999). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Dari Kolonialisme Sampai
Kemerdekaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Budiman,
A. (1998). Reformasi: Kehancuran Orde Baru dan Kebangkitan Mahasiswa.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
- Jurnal
Ilmiah:
- Hariyanto,
M. (2018). Peran Mahasiswa sebagai Agent of Change dalam Menjaga
Persatuan Bangsa. Jurnal Pendidikan dan Kebangsaan, 3(1), 45-58.
- Prasetyo,
A. (2020). Literasi Digital sebagai Senjata Melawan Polarisasi: Peran
Mahasiswa di Era Media Sosial.
Jurnal Komunikasi Massa, 5(2), 123-140. - Publikasi
Daring:
- Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2021). Pentingnya
Wawasan Kebangsaan bagi Generasi Muda. Diakses dari
www.kemdikbud.go.id/artikel-wawasan-kebangsaan.
- Setara
Institute. (2020). Laporan Tahunan Kondisi Toleransi di Indonesia.
Diakses dari www.setarainstitute.org.
Komentar
Posting Komentar